TEMPO.CO, Jakarta - Kanker adalah salah satu masalah kesehatan yang membuat takut masyarakat. Alasannya, kanker memiliki angka harapan hidup yang rendah alias banyak merenggut nyawa.
Bagi para pasien kanker, pengobatan secara dini pun dilakukan untuk menekan risiko kematian. Sayangnya, masih banyak tantangan yang dihadapi dalam mengakses pengobatan. Berikut adalah empat masalah utama yang dihadapi para penyintas kanker tanah air.
Pertama adalah hoax dan iklan obat kanker yang beredar di masyarakat. Menurut Ketua Cancer Information & Support Center (CISC) Aryanthi Baramuli Putri, banyak pasien kanker di bawah naungan CISC yang masih percaya dengan hal-hal yang belum diketahui kebenarannya dari internet.
Tak heran, ia pun menghimbau agar dokter dan para ahli kesehatan dapat menjangkau pasien dengan memberikan informasi pengobatan yang valid di dunia maya. “Karena dengan perkembangan teknologi, pasien percaya dengan apa yang mereka lihat di gadget,” katanya dalam acara Memahami Imunoterapi Kanker di Jakarta pada Sabtu, 23 November 2019.
Kedua, mitos masih sangat berkembang luas di masyarakat. Banyak orang masih berpegang teguh dengan perkataan zaman dahulu tentang pengobatan kanker. Alih-alih sembuh, kanker yang dialami mungkin semakin parah karena tidak segera ditangani secara medis. “Untuk mematahkan mitos-mitos ini, dibutuhkan pemberian fakta secara rutin terdapat pengobatan kanker sehingga masyarakat paham,” ungkapnya.
Aryanthi juga menjelaskan bahwa perilaku dan pola hidup yang tidak sehat menjadi penghambat pengobatan. Indonesia memang memiliki banyak akses dan kemudahan dalam melakukan gaya hidup tidak sehat, salah satunya merokok. Jika tidak dikontrol, obat pun tidak akan bekerja dengan baik. “Ada beberapa pantangan makanan atau minuman. Berolahraga juga selalu disarankan untuk mempercepat kesembuhan. Kalau gaya hidup tidak diubah, obat pun tidak bisa menolong Anda,” katanya.
Terakhir, kendala biaya juga penting dalam pengobatan. Dengan akses obat yang mahal, masyarakat pun akan kesulitan untuk mendapatkan perawatan untuk kanker yang dihadapi. Aryanthi pun berharap agar pemerintah segera membuka akses kesehatan BPJS yang lebih luas untuk kanker. “Walaupun pengobatan kanker sudah di cover BPJS, namun hanya beberapa saja dan belum semuanya. Semoga nantinya akan semakin mudah bagi pasien untuk mengakses kebutuhan obat yang dibutuhkannya,” tutupnya.